
Zombi dalam kepercayaan voodoo
Menurut ajaran Voodoo, dukun ilmu hitam atau pendeta voodoo yang disebutBokor bisa menghidupkan kembali manusia yang sudah mati. Zombi tidak memiliki kemauan sendiri sehingga selalu berada di bawah kendali sang majikan. "Zombi" juga merupakan nama untuk dewa ular voodoo yang bernamaDamballah Wedo asal Nigeria-Kongo yang dekat dengan kata nzambi yang dalam bahasa Kongo berarti "dewa".
Beberapa puluh tahun kemudian, seorang ahli Etnobotani Kanada bernamaWade Davis mengangkat kasus zombi dari sudut pandang farmakologi, dalam dua buku berjudul The Serpent and the Rainbow (1985) dan Passage of Darkness: The Ethnobiology of the Haitian Zombi (1988). Menurut hasil penelitian Wade Davis sewaktu berada di Haiti tahun 1982, ramuan dua jenis bubuk obat yang dimasukan ke dalam aliran darah (biasanya lewat luka terbuka) dapat mengubah orang hidup menjadi zombi.
Bubuk obat pertama disebut coup de poudre (bahasa Perancis untuk "obat penyerang") yang membuat manusia dalam keadaan "seperti mati" akibat dosis tetrodotoksin. Tetrodoksin merupakan racun mematikan yang juga dikandung ikan buntal dan ikan fugu yang merupakan makanan lumrah di Jepang. Manusia yang diberi tetrodoksi dalam dosis nyaris mematikan (LD50sebesar 1 mg), bisa berada dalam keadaan hampir mati untuk beberapa hari, tapi terus dalam keadaan sadar. Ramuan bubuk obat kedua dari tanaman genus Datura bersifat halusinogen dan membuat orang menjadi tidak memiliki kemauan sendiri. Wade Davis juga mengetengahkan kisah orang Haiti bernama Clairvius Narcisse yang mengaku pernah menjadi dijadikan zombi. Teori Wade Davis sering ditanggapi orang secara skeptis dan kebenaran ceritanya sering menjadi sumber perdebatan. Kepercayaan voodoo masih penuh kerahasiaan yang sulit ditembus peneliti asing, walaupun sebagian orang Haiti mengakui tentang keberadaan "obat zombi"
Zombi dalam cerita rakyat
Zombi dalam literatur dan fiksi


Dalam kebudayaan modern di Barat, buku yang pertama kali mengupas konsep zombi adalah The Magic Island karya W.B. Seabrook terbitan tahun 1929.
Zombi sering muncul dalam film horor, acara televisi, permainan video, dan permainan peran (RPG). Zombi biasanya digambarkan sebagai sosok mayat membusuk dengan kecerdasan rendah dan berjalan terseok-seok, namun punya selera makan daging manusia. Pada beberapa kasus, zombi lebih mengincar bagian otak manusia untuk disantap.
Sebelum tahun 1950-an, zombi biasanya digambarkan sebagai mayat tidak berotak yang dikendalikan majikan seperti boneka. Penggambaran zombi menurut budaya populer berubah di tahun 1954 dengan terbitnya buku I Am Legend karya Richard Matheson. Buku menceritakan kota Los Angeles yang diserbu makhluk penghisap darah akibat pandemi infeksi bakteri. Satu-satunya orang yang selamat dari pandemi harus bertahan dari serangan orang-orang yang telah berubah menjadi makhluk penghisap darah. Walaupun mirip cerita vampir, plot cerita seperti ini sering dijadikan dasar bagi film-film bertema zombi yang diproduksi di kemudian hari. Night of the Living Deadkarya George A. Romero merupakan film pertama yang menggambarkan zombi secara modern. Film The Last Man on Earth (1964) yang dibintangi Vincent Price juga berdasarkan cerita karangan Richard Matheson. Begitu pula dengan film The Omega Man (1971) yang dibintangi Charlton Heston, walaupun film ini hanya mempunyai sedikit kemiripan dengan cerita asli.
Dalam berbagai karya fiksi, zombi bisa menular ke orang sehat lewat gigitan atau cakaran zombi. Korban serangan zombi biasanya langsung tewas dan berubah menjadi zombi. Zombi bisa dibunuh dengan memotong bagian kepala atau menghancurkan otak zombi. Pada beberapa kasus, seluruh bagian tubuh zombi harus dihancurkan kalau tidak mau bagian tubuh zombi yang sudah putus bergerak-gerak terus.